Follow Me

Friday, December 1, 2017

Kebenaran Cinta: Mencerahkan, Menghidupkan

Bismillah.
#buku
*you can skip the prolog*

I found a way, so I could be a little more productive. Sepekan sekali, atau sepekan dua kali, saya meninggalkan laptop di rumah, dan membawa sebuah buku, yang belum saya selesaikan membacanya. Beberapa tulisan di sini adalah hasil dari cara sederhana itu: kipas obsesi, tidak mendzalimi. Cuma dua ternyata hehe.

Buku Reclaim Your Heart sudah selesai hehe, alhamdulillah, tinggal buat resensi. Meski mungkin aku harus baca ulang bagian awalnya, karena rentang bacanya kejauhan. Beda hampir dua tahun hehe. Semoga segera aku buat resensinya ya J. Boleh bantu mengingatkan dan mendoakan. hehe.

***

Kali ini aku akan share beberapa hal yang aku dapatkan dari buku "Serial Cinta"-nya Anis Matta.

Jatuh Cinta, Puisi, dan Gombal

Berbeda dengan tulisan Salim A. Fillah, yang lebih suka bangun cinta. Anis Matta tidak berusaha mengubah frase populer jatuh cinta. Menurut Anis Matta, jatuh cinta adalah fitrah manusia, yang menyebabkan adanya shifting persepsi. Karena shifting persepsi tersebut, seseorang yang jatuh cinta seolah melihat dunia lebih indah dari biasanya.
Shifting pada persepsi mengembalikan sisi kekanakan kita saat kita jatuh cinta. Itulah keindahan yang mempertemukan kita dengan sisi dalam kemanusiaan kita; subjektif, melankolik, kekanakan, tapi positif. Dan indah.
- Anis Matta, dalam buku "Serial Cinta"
Yang aku suka dari kutipan tersebut adalah penekanan "positif". Jatuh cinta memang memberikan efek subjektif, melankolik dan kekanakan, tapi itu semua dalam sisi positif. Aku sendiri mungkin belum tahu, dan tidak bisa memberikan contoh yang lebih nyata, bagaimana subjektif yang positif, melankolik yang positif. Tapi tentang kekanakan yang positif, aku pernah membacanya di sebuah blog, ada perbedaan antara istilah childlike dan childish.

Selain mengembalikan sisi kekanakan, jatuh cinta juga identik dengan puisi dan gombal. Anis Matta menjelaskan, ketika seseorang jatuh cinta, untuk menyalurkan perasaannya yang meledak-ledak itu, dibutuhkan kata-kata. Itulah mengapa mayoritas orang yang jatuh cinta mulai menulis, atau minimal mulai menyukai tulisan puitis.

Sayangnya, seorang penyair, seperti yang disebutkan alquran (Asy Syu'ara ayat 224-226) rawan untuk jatuh pada lembah kebohongan. Kalau menggunakan frase yang lebih familiar: gombal. Berikut ini deskripsi dan penjelasan tentang gombal secara puitis dan ciamik di buku Serial Cinta,
Tidak semua kata cinta lahir dari cinta, sebab tidak semua yang terkata selalu datang dari jiwa. Boleh jadi atau sekedar lintasan pikiran yang tak berakar dalam hati. Atau respon sesaat terhadap suasana yang mengharu biru. Kata yang tak berakar dari hati selalu mengandung virus: berlebihan, tidak realistis, tidak punya daya gugah, atau punya daya gugah tapi mengandung kebohongan
- Anis Matta, dalam buku "Serial Cinta" 

Cinta Jiwa


Sebenarnya, sebelum masuk ke pembahasan jatuh cinta yang ini maksudnya cinta jiwa (cinta antara 2 orang/ dua jiwa), buku Serial Cinta terlebih dahulu membahas tentang cinta misi. Cinta misi tidak terikat pada orang, namun pada entitas, seperti kecintaan Rasulullah kepada umatnya, kecintaan pemimpin kepada rakyatnya, kecintaan guru kepada muridnya, semacam itu.

Pembahasan tentang pesona fisik, pengetahuan dan kebenaran adalah bahasan tentang cinta jiwa. Cinta yang memerlukan fisik. Maksudnya, keinginan untuk bersama dan berdampingan secara fisik itu nyata. Tidak seperti cinta misi.
Sebab rindu tetap saja rindu. Puisi tak akan pernah sanggup menyelesaikannya - Anis Matta
Ya, rindu tetap rindu. Puisi cuma salah satu cara mengungkapkannya, tapi tidak bisa menyembuhkannya. Makanya, cinta jiwa, harus dijaga dan dipermudah jalannya menuju pelaminan. Karena hanya dengan pernikahan, cinta jiwa itu halal dan diberkahi. Bagaimana kalau jalan menuju pelaminan tertutup?
Apapun situasinya, begitu peluang menuju pelaminan tertutup, semua cinta yang ini harus diakhiri. Hanya di sana cinta yang ini absah untuk tumbuh bersemi: di singgasana pelaminan. - Anis Matta

Pesona Fisik, Pesona Pengetahuan, dan Pesona Kebenaran


Jadi, cinta jiwa itu bisa jadi bermula dari ketertarikan terhadap pesona fisik. Laki-laki mencari calon istri yang cantik. Dan itu tidak dilarang, meskipun Rasulullah menganjurkan mengutamakan melihat agamanya. Kalau bisa ya, cari yang semuanya ada, yang agamanya baik, yang cantik, yang akhlaknya baik, yang dari keluarga terhormat, yang kaya, yang ,... apa lagi ya? Tapi kenyataannya, kita hidup di dunia yang tidak sempurna. Susah cari yang sempurna di mata kita, bahkan mungkin tidak ada.

Ya, jadi pertama persona fisik. Trus yang kedua pesona pengetahuan. Sebenarnya, pengetahuan ini juga salah satu pendukung pesona fisik. Jadi ada penelitian gitu, bahwa pengetahuan bisa membuat orang yang fisiknya biasa, jadi punya aura yang mempesona. Aku ga nyatet detail penelitiannya sih, tapi simplenya, ada buruh pedesaan yang kerja merantau di sebuah negara, trus setiap tahun di foto gitu, dan hasilnya ada perubahan. Ini beberapa kutipan yang mengena buatku.

Fisik mungkin tidak bisa diubah. Tetapi, pesona fisik bukan hanya tampang. Ia lebih ditentukan oleh aura yang dibentuk dari gabungan antara kepribadian bawaan, pengetahuan dan pengalaman hidup. Ketiga hal itu biasanya termanifestasi pada garis-garis wajah, senyuman dan tatapan mata, serta gerakan refleks tubuh kita. -Anis Matta
....
...pengetahuan dan keindahan memiliki korelasi yang positif. Menjadi indah adalah efek pengetahuan.
Pengetahuan membuka ruang kemungkinan lebih luas dan menambah kemahiran. Itu membuat manusia merasa lebih berdaya. Keberdayaan meningkatkan harapan dan kepercayaan diri. Dan itu yang mewariskan kegembiraan jiwa. Yang terakhir inilah yang membuat senyum mereka merekah. Karena harapan mereka permanen. Karena kepercayaan diri mereka beralasan.
- Anis Matta
Jadi kalau kata Anis Matta, yang mungkin awalnya mengikat pernikahan adalah fisik, namun yang membuatnya langgeng adalah pengetahuan. Karena pada akhirnya, bukan genggaman tangan, bukan pelukan, tapi sepanjang hidup, hari-hari dirumah, suami dan istri hanya saling berbicara dan bertukar pikiran. Yang membuat pembicaraan keduanya hidup, dan awet hingga masa tua kelak, adalah pengetahuan ini. Bagaimana sepasang suami istri bisa saling mengungkapkan pemikiran dan perasaannya, saling memetakannya, juga saling bertukar pemikiran yang terus berkembang.
Pengetahuanlah yang memberi makna pada cinta ketika ia hendak menembus ruang dan waktu. Pengetahuanlah yang memberi umur lebih panjang pada cinta yang hendak bertahta di singgasana keabadian. -Anis Matta.
Wah, udah panjang banget. Yang terakhir, pesona kebenaran. Sebenarnya bukan pesona sih. Kebenaran saja. Ya, kebenaran. Fisik dan pengetahuan sebenarnya masih terlalu rapuh untuk menjaga cinta jiwa. Anis Matta mengisahkan saat Umar meminta istrinya menyerahkan perhiasannya untuk dikembalikan ke baitul mal. Bagaimana hambatan itu ternyata datang dari orang yang paling dicintai Umar, awalnya istrinya menolak. Namun kecintaan akan kebenaran ada diatas kecintaan atas pesona fisik dan pesona pengetahuan. Akhirnya sang istri melunak, dan memilih cintanya kemudian menyerahkan perhiasan tersebut ke baitul mal.
Saat itu, kesadaran akan fisik lenyap dan kehebatan akal menjadi terlalu sederhana untuk menjelaskan temuan-temuan ruh dalam kehidupan. -Anis Matta
***

Terakhir, kututup dengan kutipan dari buku yang sama. Ini nukil buku ketiga ya J, dari buku "Serial Cinta" J (yang pertama, yang kedua).
....dan seperti angin sepoi yang masuk lewat jendela bersama cahaya matahari, kebenaran itu merengkuh seluruh dirinya. Ada keagungan transendensi yang datang bersama kebenaran cinta. Itu mencerahkan. Itu menghidupkan
- Buku Serial Cinta, Anis Matta
Allahua'alam.

PS: Maaf bingung buat judul, jadi judulnya mungkin tidak mencerminkan isinya.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya