Follow Me

Friday, November 25, 2016

Buku Kenangan: Jangan Jadi Bebek!

#buku

Bismillah.

Jangan Jadi Bebek
Setelah sekian lama, terakhir bahas buku JCPP dan DDU-nya Salim A. Fillah, kali ini saya akan bahas buku Jangan Jadi Bebek. Salah satu buku kenanganku, selain majalah Bobo dan Nomik si Olin. Aku lupa tepatnya aku baca buku ini pas SMP atau SMA. Kayanya sih SMP, jadi ternyata jejeng... buku non fiksi yang doyan kubaca pertama kali adalah buku ini, bukan buku-nya Salim a. fillah. Eh, majalah bobo non fiksi juga ga sih? Kan suka ada artikel non fiksi-nya selain komik, dan cerpen, wkwkwkwk. Entahlah, jadi salah fokus.

Buku yang ditulis oleh O. Solihin ini diterbitkan oleh Gema Insani, ini salah satu penerbit favoritku^^. Karena pas SMP, kalau beli buku baik novel atau nomik pasti dari Gema Insani atau DAR!Mizan, tapi kalau buku non fiksi, aku ngelihat dari penulisnya, Alhamdulillah serial Jangan Jadi Bebek sudah selesai, sampai yang terakhir baca-nya malah pas kuliah wkwkwk.


Manfaat baca buku ini aku dapetin sampai sekarang, lewat buku ini, aku diajarkan agar jangan mau ikut-ikutan aja, kita punya otak, dan bisa caritahu suatu hal baik atau buruk, jadi jangan ikut-ikutan! Namanya juga anak SMP, wajar kalau lebih sering ikut-ikutan, bahkan aku pakai kerudung juga ikut-ikutan ibuku, dan seorang sahabat pindahan dari sekolah Islam.

Buku ini bahas banyak hal yang buruk yang sering remaja lakukan karena 'ikut-ikutan' alias bebek. Termasuk di dalamnya hari valentine, trus narkoba, dll. Trus... dari buku ini, aku dikenalkan dengan istilah khilafah. Diingatkan tentang hukum dan sistem islam-lah yang terbaik, yang bisa meminimalisir kebobrokan negri, termasuk agar anak-anak remaja tidak terbawa arus budaya pop dari barat. Kalau mau tahu daftar isinya, bisa di cek di blog-nya O. Solihin.

Seperti yang aku sebutkan di tulisan sebelumnya, saya terbiasa baca buku pinjeman dari perpus, tapi saking menariknya buku ini, aku rela beli dan memberikannya ke adik laki-lakiku. Lumayan lah, apalagi saat itu sedang ada stand bazar buku di Salman ITB yang jual buku lama dengan harga cukup murah. Seingatku waktu Ramadhan pertama di Bandung. 

***

Kalau mengingat kenangan membaca buku ini, jujur aku rindu, rindu pada diriku yang dulu, yang nggak pilih-pilih beli dan baca buku. Sejak mengenal istilah harokah dan segala riuh ricuh di dalamnya, jujur, aku jadi lebih pilih-pilih buku. Padahal bukan benci, hanya saja, aku takut pemikiranku bergeser, apalagi kita tahu, kalau apa yang kita baca sangat mempengaruhi pola berpikir dan sudut pandang kita.

Aku berusaha kok.. sedang berusaha agar membaca lagi seperti dulu. Kita diciptakan sebagai mahluk yang dapat berpikir, dan itu artinya kita sudah cukup umur untuk mem-filter semua input. Harusnya mah gapapa baca buku dari berbagai sumber, termasuk buku-buku tulisan orang barat, asalkan kita bisa memfilter, yang mana yang bisa diambil, yang mana yang ditinggal saja, karena tidak sesuai dengan Islam misalnya.

Padahal mah, selama harokah masih dalam jalur quran dan sunnah, in syaa Allah semua baik. Yang beda cuma.... *ah kok jadi bahasnya ke sini hehe.

***

Disudahi saja ya, daripada melantur ke sana sini. Good Night!

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya