Follow Me

Wednesday, June 12, 2013

Bertanya Tentang Ukhuwah; Tentang Iman



Bismillah...

Ijinkan aku menoreh sedikit kata untukmu. Untuk seorang ukhty sang penyeru kebaikan.

***

Khaifa khaluk, ya ukhty? Apakabar? Lama sekali aku tak mendengar kabar tentangmu. Kecuali dari tulisan-tulisanmu.

Kalau boleh jujur, sampai sekarang aku masih bertanya-tanya.. tentang ikatan ukhuwah yang renggang antara kita. Masih bertanya-tanya, tentang pesan.. yang tidak terjawab. Masih bertanya-tanya...
Pernah ada masa-masa dalam ukhuwah ini
kita terlalu akrab bagai awan dan hujan
merasa menghias langit, menyuburkan bumi,
dan melukis pelangi
namun tak sadar, hakikatnya kita saling meniadai



di satu titik lalu sejenak kita berhenti, menyadari
mungkin hati kita telah terkecualikan dari ikatan diatas iman
bahkan saling nasehat pun tak lain bagai dua lilin
saling mencahayai, tapi masing-masing habis dimakan api

Kini saatnya kembali pada iman yang menerangi hati
pada amal shalih yang menjulang bercabang-cabang
pada akhlak yang manis, lembut, dan wangi
hingga ukhuwah kita menggabungkan huruf-huruf menjadi kata
yang dengannya kebenaran terbaca dan bercahaya

(Pernah Ada Masa-masa - Salim A Fillah)
***

Teteh sholihah, teteh cerdas, teteh cantik, teteh manis...

Tahukah dirimu, aku di sini... bertanya-tanya tentang ukhuwah di antara kita. Selalu tercekat rasanya, jika mengingat ukhuwah itu buah iman. Kemudian aku mengingatmu dan ukhuwah kita. Ya Rabb... adakah iman diri begitu compang-camping.. hingga ukhuwah ini terasa begitu pahit jika diingat.

Aku sudah mencoba berbaik sangka, namun kenyataannya aku gagal. Ya Allah, bahkan untuk standar terendah dalam ukhuwah saja aku gagal.

Teteh sholihah.. aku tahu engkau begitu sibuk. Sedang berkejaran dengan asa dan impian yang menjulang. Teteh sholihah.. aku tahu engkau begitu sibuk. Sedang merajut dan merangkai rencana indah masa depan.
Ijinkan aku mengganggumu sejenak. lagi.

Aku hanya ingin, semuanya clear dan jelas. Aku tidak ingin jika kita bertemu nanti, kita justru kikuk. Lalu masing-masing dari kita menghindar. Pura-pura tak melihat.
Aku hanya ingin, semuanya clear dan jelas. Aku tidak ingin jika kita bertemu nanti, kita justru seolah tak mengenal.

***

Aku masih ingat, saat pertama kali kita berkenalan. Sore itu hujan, dan kita duduk di selasar labtek VII. Aku masih ingat, pada janji-janji yang seringkali.. sama-sama kita sepakati untuk dibatalkan, karena masing-masing dari kita sibuk. Aku masih ingat, saat kita berjumpa.. lalu bibirmu berucap : ayo kita perbaiki semester depan. Aku masih ingat... saat aku bercerita tentang perbedaan diantara kita, dan kau berkata dengan senyum di bibir : kayaknya kita perlu banget ngobrol ya, yuk kita janjian sayang!

Dan aku ingat.. ketika aku bertanya : kapan bisa bertemu, karena kau bilang kau ingin kita janjian untuk ngobrol. Dan aku ingat. Aku menanti jawabnya, tapi tak kudapat sepatah katapun darimu.
Dan aku ingat.. ketika aku bertanya : boleh dikirim lagi sms tentang perpindahan? Dan aku ingat. Tak lama, kau mengirim ulang pesan itu.
Dan aku ingat.. saat kukirim pesan panjang lebar. Dan aku ingat.. saat kulihat notif bahwa kau sudah membacanya. Dan aku ingat. Aku menanti jawabnya, tapi tak kudapat sepatah katapun darimu. Bahkan untuk sekedar menjawab salamku.


Aku masih bertanya-tanya. Takut, dan sesak. Jika mengingat bahwa ukhuwah itu buah iman. Ya Rabb... adakah iman diri begitu compang-camping.. hingga ukhuwah ini terasa begitu pahit jika diingat.

Aku minta maaf teh.. jika ternyata penyebab kerenggangan ukhuwah ini adalah perihal imanku. Aku minta maaf.

Pernah ada masa-masa dalam ukhuwah ini
kita terlalu akrab bagai awan dan hujan
merasa menghias langit, menyuburkan bumi,
dan melukis pelangi
namun tak sadar, hakikatnya kita saling meniadai

di satu titik lalu sejenak kita berhenti, menyadari
mungkin hati kita telah terkecualikan dari ikatan diatas iman
bahkan saling nasehat pun tak lain bagai dua lilin
saling mencahayai, tapi masing-masing habis dimakan api

(ahh.. mungkin iya, aku habis dimakan api tanpa pernah menerangi)

Kini saatnya kembali pada iman yang menerangi hati
pada amal shalih yang menjulang bercabang-cabang
pada akhlak yang manis, lembut, dan wangi
hingga ukhuwah kita menggabungkan huruf-huruf menjadi kata
yang dengannya kebenaran terbaca dan bercahaya

(Pernah Ada Masa-masa - Salim A Fillah)

Wallahua'lam bishowab.

***

Teruntuk seorang ukhty, sang penyeru kebaikan.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya